Selasa, 28 September 2010

Saling Campur Bensin

5265campur-bensin-axl-1.jpgMotor keluaran baru banyak yang mengusung rasio kompresi tinggi. Seperti Yamaha Jupiter MX 135LC punya rasio kompresi 10,2 : 1. Atau Suzuki Satria F-150 rasio kompresinya juga 10,2 : 1. Jangan kaget atau mengeluh kalau merasakan ngelitik jika menggunakan bahan bakar minyak atau BBM jenis Premium.

Kedua motor ini basicnya dari Thailand yang bensinnya dijual kebanyakan oleh SPBU swasta. Saling bersaing untuk jual bensin oktan tinggi dengan harga terjangkau. Seperti Petronas, Shell, PTT dan banyak lagi lainnya.

Di Indonesia standar bensin diukur menggunakan nilai RON (Research Octane Number). Premium memiliki RON 88, Pertamax 92 dan Pertamax Plus 95. Penggunaan bensin ini tergantung rasio kompresi mesin. Contoh Suzuki Satria F-150 yang punya rasio kompresi 10,2:1 berarti nilai RON yang dipakai minimal 90.5266etanol-axl-2.jpg

Banyak kejadian pemilik Satria pakai CDI racing dan klepnya rontok. “Itu karena CDI racing pengapiannya lebih maju. Jika dipaksakan pakai Premium yang oktannya rendah jadinya jebol,” jelas Hasan, mekanik Hasan Motor, Jakarta Barat yang banyak tangani Satria F-150. Analisis Hasan, rasio kompresi tinggi ditambah timing advance tidak bisa diisi Premium. Butuh bensin oktan tinggi seperti Pertamax Plus.

Itu hanya contoh di Suzuki Satria. Namun anehnya oleh pabrikan motor diperbolehkan menggunakan Premium! Jangan-jangan hanya jawaban pedagang. Wah, berarti motor-motor rasio kompresi tinggi tidak bisa ngirit dong.

Trus gimana jika Premium dicampur Pertamax biar irit? Kan kalau dicampur jadi pas. Premium oktanya 88 dan Pertamax 92. Rata-ratanya jadi 90. Secara hitungan kalkulator bisa pas. Tapi, secara kimia bagaimana?

Ada yang bilang dikhawatirkan berat jenisnya beda. Salah satu bensin itu bakal mengendap! Yang lebih ringan berada di atas. Yang dibakar Pertamax duluan, setelah habis tinggal Premium. Kan jadi ngelitik lagi.

Namun jangan khawatir. Menurut salah satu sumber dari pembuat Pertamax dan Pertamax Plus pernah kasih penjelasan. Pendapatnya lebih bikin lega bagi mereka yang memang mau irit.

Katanya tidak masalah jika Premium dicampur dengan Pertamax dan Pertamax Plus. Sebab basicnya Premium, Pertamax dan Pertamax Plus sama. Beratnya jenisnya pun tidak jauh berbeda.

Namun agar Pertamax dan Pertamax Plus oktanya lebih tinggi dari Premium ditambah aditif lagi. Aditif dapat berupa etanol atau bahan kimia lainnya. Pastinya itu rahasia mereka.

Soal pewarnaan antara Premium, Pertamax dan Pertamax Plus beda hanya sebagai ciri. Supaya tidak tertukar.

Lalu gimana kalau pakai Premium supaya tidak ngelitik? Ada ada dua solusi. Ganti CDI programable dan waktu pengapian dimundurin. Karena Premium hanya butuh waktu sebentar untuk dibakar. Tidak seperti Pertamax yang butuh waktu lama dibakar.

Pantas jika Hasan punya CDI khusus Satria yang diprogram untuk Premium. Pengapian lebih mundur namun limiternya dihilangkan. Sehingga nafas lebih panjang namun cukup pakai Premium.

Solusi lain selain bisa menurunkan rasio kompresi. Caranya pakai paking head tambahan atau dobel. Ruang bakar longgar dan kompresi turun.

Penulis/Foto : Aong/Herry Axl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar