Minggu, 26 September 2010

Evaluasi Penyebab Kecelakaan

Saya sangat kaget mendengar kematian yang begitu besar dialami pengendara. Program keselamatan berkendara harus terus dilaksanakan.


Itu pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat Pekan Nasional Keselamatan Transportasi Jalan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, 23 April 2007.

Presiden ketika itu langsung menginstruksikan pendidikan lalu lintas sejak dini dan sosialisasi yang berhubungan dengan lalu lintas baik secara hukum maupun etika.

Menurut Sena Indrapermana Soerono, Transport Development Specialist dalam workshop mengenai helm di Jakarta, 5 November lalu, permasalahan keselamatan di jalan akibat rendahnya disiplin lalu lintas, pendidikan lalu lintas, tingkat kelaikan armada. Juga rambu dan fasilitas jalan raya dan penegakan hukum lalu lintas.

Lebih jauh ia menyebutkan faktor penyebab kecelakaan di jalan. Terbesar merupakan akibat kesalahan pengendara yakni 90,3 persen. Lainnya akibat pejalan kaki, 3,5 persen. Faktor kendaraan 4,03 persen. Diikuti kondisi jalan sebanyak 2,58 persen.

Robert Klein, Direktur Global Safety Road Program dalam paparannya membagi persoalan penyebab kecelakaan pengendara. Pertama, motor tidak stabil. "Tidak seperti mobil yang stabil. Risiko ini sangat rentan bagi bikers," jelasnya.

Motor yang hanya punya roda dua juga didesain untuk dua penumpang. Di negera berkembang, seperti terlihat dalam arus mudik Lebaran beberapa waktu lalu, umumnya dan bahkan kebanyakan motor mengangkut lebih dari 2 orang.

Kurang memperhatikan kondisi rem dan ban. Dua komponen ini vital bagi keselamatan berkendara. Sebagian besar kecelakaan terjadi karena kondisi ban botak dan rem yang blong.

Ellen Tangkudung, Kepala Laboratorium Transportasi di Fakultas Teknik Universitas Indonesia, lebih menyoroti di sisi kepedulian bikers terhadap keselamatan diri. "Walaupun secara persentase penggunaan helm sudah cukup baik, namun kalau diteliti lebih dalam kualitas helm masih sangat rendah. Helm digunakan bukan untuk melindungi dari kecelakaan tapi dari kejaran petugas kepolisian," jelasnya.

Persepsi pengendara juga mempengaruhi bagaimana seseorang berkendara. "Perilaku keselamatan berkendara didasarkan pada, risk perception yakni bagaimana persepsi besar kecilnya risiko yang dihadapi," jelas Ridwan D. Sjaaf, pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Berikutnya, menurut Ridwan, risk acceptance yakni sejauh mana seseorang dapat menerima risiko. "Ini yang mempengaruhi agresivitas seseorang pengendara jika persepsinya rendah terhadap kecelakaan," ungkapnya.
INDONESIA TERBANYAK
Data yang dirangkum Global Safety Road Program memang sangat mencengangkan. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama soal kematian berkendara (2003), 30.464 orang per tahun dan luka-luka 2.550.000 orang.

 Angka ini seiring dengan jumlah kendaraan dan peningkatan produksi motor di Indonesia yang booming sejak 2001. Itu sebabnya, kepeduliaan terhadap Aman Berkendara harus terus berlangsung. Terutama mendidik generasi berikutnya agar memiliki kesadaran lalu lintas yang jauh lebih tinggi dari generasi kini.
SAFETY RIDING YEAR JALAN TERUS
Di 2007 ini MOTOR Plus tasbihkan sebagai tahun Aman Berkendara. Ini sejalan dengan komitmen Em-Plus dalam upaya mengurangi bahkan meniadakan kecelakaan terutama fatal. Sudah banyak kegiatan dilakukan. Mulai dari konsistensi dalam menyajikan rubrikasi Aman Berkendara.
    
Tentunya lewat para pakar dan ahli safety riding yang membagi pengetahuan dan pemahaman mereka. Bahkan, kegiatan off print, seperti pelatihan langsung ke beberapa klub dan sekolah dan perguruan tinggi juga MOTOR Plus lakukan.
    
Nggak heran kalau dalam beberapa kesempatan, awak redaksi sering diminta menjadi pembicara dalam acara yang berkaitan langsung dengan safety riding. Bahkan, nggak sedikit komunitas pembaca, 'menodong' redaksi untuk mau jadi instruktur safety riding yang mereka gagas. 
    
Jelas bukan tanpa sebab. Selain paling dan lebih dulu care sama urusan safety riding, beberapa awak juga langganan ikut kursus dan seminar terkait. Tentu bakal percuma kalau dalam kesehariannya tidak langsung berhubungan sama motor. Jadi, Em-Plus memang bukan cuma piawai di teori, tapi juga oke banget di urusan praktik.
    
Bahkan kalau tidak ada kendala, di 2008 nanti MOTOR Plus bakal mengirim perwakilan untuk menimba ilmu safety riding langsung di luar negeri. Seperti Jepang, atau mungkin Inggris. Tujuannya tentu untuk mendapatkan pengalaman lebih luas juga lisensi internasional sebagai instruktur.
    
Intinya, tahun ini merupakan awal. Tutup 2007 bukan berarti program ini hilang dengan sendirinya. Tahun berikutnya pasti akan lebih terprogram dan terarah. Jadi, tunggu berbagai gebrakan di 2008 nanti.
    
Bayangan MOTOR Plus ke depannya, Aman Berkendara bisa menjadi disiplin ilmu tersendiri yang dipelajari secara umum. Baik di tingkat Sekolah Menengah Pertama maupun Atas. Bahkan di tingkat kuliah.
    
Harapannya, Aman Berkendara ini menjadi ilmu terapan yang bisa diaplikasi langsung. Manfaatnya akan dirasakan langsung. Yakni, meningkatnya disiplin berkendara, pemahaman dan pengetahuan berkendara jauh lebih meningkat.
Sumber : Motor Plus Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar