Selasa, 19 Oktober 2010

Pabrikan Motor Siap Terapkan Euro3 Asal BBM Berkualitas Tersedia

Syubhan Akib - detikOto
Gambar

Jakarta - Indonesia saat ini masih menggunakan standar emisi gas buang Euro2 untuk semua kendaraan yang beredar. Namun pabrikan otomotif khususnya motor sudah siap meningkatkan standar gas buang asal bahan bakar yang ideal disediakan pemerintah.

Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata mengatakan kalau seluruh pabrikan motor yang ada di Indonesia sebenarnya sudah siap untuk beranjak dari standar Euro2 ke Euro3 asalkan bahan bakar yang beredar sekarang kualitasnya meningkat.

Sebab teknologi Euro3 dianggap akan sia-sia saja bila kualitas bahan bakar yang beredar sekarang masih jelek.

"Kawan-kawan tidak masalah. Tapi kalau bahan bakarnya tidak ada ya jadi mubazir," ungkap Presdir Indomobil Group ini.

"Jadi kendala kita Euro3 tidak bisa diproduksi kalau bahan bakarnya masih Euro2 seperti sekarang," tambahnya.

Melihat kenyataan tersebut, tentu keinginan Gunadi dan produsen motor yang ada untuk menampilkan produk yang lebih ramah lingkungan ke pasaran tentu menjadi lebih berat lagi.

Sebab distribusi BBM sekelas Pertamax saja hingga kini baru mencakup 30 persen dari seluruh wilayah Indonesia.

"Kalau pemerintah siap, kami bisa membuat motor dengan standar Euro3 pada tahun 2012 mendatang," imbuhnya.

Lebih lanjut Gunadi menjelaskan bahwa peningkatan standar emisi menjadi Euro3 selain akan berdampak positif pada lingkungan juga dianggap memberi nilai lebih bagi industri.

Sebab hampir semua produsen motor yang ada di Indonesia mengekspor produknya ke luar negeri. Nah dengan perbedaan standar antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor yang rata-rata sudah menerapkan standar Euro3 ke atas ini, ongkos produksi untuk ekspor tentu akan jadi tinggi.

"Kalau kita bisa mendapatkan BBM yang cocok, produknya bisa kita trim ke arah itu. Jadi tidak ada perbedaan antara produk yang dipasarkan di dalam negeri dengan yang diekspor. Total produksi pun akan lebih efisien," jelasnya.

"Kalau sekarang, setiap pabrik jadi harus punya dua alat. Satu alat untuk produksi standar Euro2, satu lagi Euro3 untuk ekspor. Ini kan tidak efisien," pungkasnya.

( syu / ddn )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar