Rabu, 13 Juli 2011

Safety Riding

Penanganan Pasca Kecelakaan, Dahulukan A, B dan C!

 
 

 Utamakan jalan nafas lancar

Salah satu aspek mengurangi tingkat kematian dalam kecelakaan yang tercantum dalam  program Satu Dasawarsa PBB untuk Keselamatan Jalan (UN Decade of Action for Road Safety) 2011-2020, yang dimulai Mei 2011, adalah Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

Sebab untuk mengurangi tingkat kematian hingga 50 persen hingga 2020, pemberian pertolongan pertama sangat menentukan. "Pertolongan pertama pada kecelakaan difokuskan pada penyelamatan korban gawat dari kematian," buka Dr. Farid Husain, Sp.B.KBD, Ketua Bidang Pelayanan Kesehatan dan Sosial Rumah Sakit PMI, Jakarta.

Namun, pertolongan pertama ini ada tekniknya. “Tidak bisa sembarangan. Sebab, alih-alih untuk menolong malah bisa memperparah korban bahkan bisa berakibat fatal,” kata pria yang berkantor di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.

Untuk memberikan pertolongan pertama, ada tiga aspek yang perlu dipahami. Ketiga aspek itu kemudian biasa disingkat dengan ABC.

A (Airway) atau jalan nafas. Yaitu mengecek dan membetulkan posisi jalan nafas. Pertolongan untuk memberikan jalan nafas ini bisa dilakukan dengan metode chin lif. Yaitu menaikkan atau mengangkat tulang dagu kor ban dengan menggunakan dua ujung jari ke atas. Lalu diikuti dengan head tilt yaitu mempertahankan posisi itu. Semata dilakukan untuk membebaskan jalan nafas korban.

"Kalau perlu bagian dagu diberikan penyangga, agar posisi dagu stabil, tidak bergerak," lanjut dokter yang juga bertugas di Unit Tranfusi Darah Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat.

Lalu, B untuk breathing atau pernafasan. Untuk melakukannya biasanya memakai teknik lihat, dengar dan rasakan. Lihat maksudnya dengan memperhatikan apakah gerakan nafas korban simetris atau teratur.

Dengar, mendengarkan suara nafas korban. Apakah suara nafasnya normal atau ada suara lain yang timbul seperti ngorok atau seperti orang berkumur.  Kemudian rasakan, apakah ada hawa nafas korban. Jika pernafasan normal, hitung frekuensinya dalam satu menit, 12-20 kali. Jika kurang dari itu, segera berikan nafas bantuan.

Lalu periksa nadi carotis yang terletak di leher dengan menggunakan dua jari. Rasakan denyut nadi carotis selama 10 detik. Jika tidak ada gerakan nadi lakukan pijat jantung dan nafas buatan untuk membantu sirkulasi pernafasan. Hal ini dilakukan dengan pengulangan 6 kali secara bergantian. "ABC merupakan pertolongan pertama untuk memberikan bantuan hidup," terang bapak berambut putih itu.

Setelah ABC terlaksana, baru dilakukan mobilisasi, atau pemindahan korban ke tempat lain, seperti UGD. Untuk kecelakaan motor, perlu juga dilihat kondisi shock korban. Dengan cara mengangkat kaki korban setinggi 45 derajat untuk membantu memperbanyak aliran darah ke jantung.

Kalau ada tanda-tanda luka, seperti luka pada bagian bahu ke atas, atau bila terjadi tumbukan periksa juga ada atau tidak cedera pada tulang leher. "Biasanya cedera tulang didapat dari informasi korban. Dari sakit yang dirasa jika ada gerakan. Karena bagian belakang leher ini penting sebagai pusat syaraf yang mengatur fungsi vital manusia seperti pernafasan dan denyut jantung," lanjut dokter Farid lagi.

Kalau ada cedera di tempat lain seperti tangan atau kaki cek segera. Untuk bagian ini bisa diraba, apabila setelah jatuh ada tonjolan dan bila digerakkan korban kesakitan, pergunakan bidai atau pelindung untuk bagian yang dicurigai memar atau patah tulang.

Tindakan pertolongan pertama seharusnya diketahui oleh semua orang. Kalau di luar negeri setiap orang sudah memiliki kemampuan seperti ini. Tetapi di Indonesia, kemampuan pertolongan pertama masih sangat kurang di lingkungan masyarakat awam.

"Tindakan ini bukanlah monopoli dokter. Semua orang sebaiknya memiliki keterampilan P3K. Dengan langkah seperti ini, kematian akibat kecelakaan juga dapat dihindari," harap Farid.

Apalagi di lingkungan pengendara. Korban kecelakaan pengguna sepeda motor endara tergolong tinggi tapi minim di soal kemampuan pertolongan pertama. (motorplus-online.com)
 
Penulis : Tining | Teks Editor : Nurfil | Foto : Indra GT

Safety Riding

Kecelakaan 20 Km/Jam Bisa Bikin Trauma Fatal di Kepala!



Kerap
kali miris melihat pengendara sepeda motor yang enggan pakai helm. Pasti mereka enggak tahu resiko yang dihadapi bila terjadi kecelakaan. Tanpa helm, kepala akan langsung kena benturan, tidak ada helm yang konstruksinya mampu memberikan redaman.

"Jangankan kencang, benturan akibat kecelakaan dalam kecepatan 20 km/jam saja sudah bisa menyebabkan trauma kepala yang berakibat fatal," jelas Ir. Arif Rahman Fathoni M.Eng, Staff Ahli dari Puspitek.

Pria ramah yang ditunjuk oleh BSN (Badan Sertifikasi Nasional) dalam tim penyusun kriteria standarisasi SNI untuk helm ini menambahkan, "Itu dalam kondisi benturan dengan benda diam, bukan bergerak. Kalau bergerak pasti bisa lebih parah lagi," ungkapnya.

Tak heran bila akhirnya, penggunaan helm menjadi sangat penting. Batok luarnya harus elastis, sedang bagian dalam atau busanya sebisa mungkin mendistribusikan dan menyerap impact yang terjadi saat benturan.

"Saat jatuh, kepala manusia bisa terkena benturan hingga 300G. Makanya hanya helm yang baik yang bisa melindungi kepala," jelas Arif yang yakin helm SNI sudah mampu melindungi kepala dengan sangat baik.

Helm yang bagus pasti ada hubungannya dengan harga. Material yang berkualitas membuat harganya jadi lebih mahal. Beredarnya helm SNI palsu yang luput dari pengawasan patut diwaspadai.

"Makanya kalau ada helm yang harganya Rp 20 ribuan patut dipertanyakan tuh kualitasnya," ingatnya. Jangan lupa pakai helm bro! (motorplus-online.com) 
 
Penulis : Popo | Teks Editor : Nurfil | Foto : Istimewa

Safety Riding

Perkecil Resiko Berkendara Malam Dengan Persiapan Dini


 Persiapan lebih berkendara malam

Perjalanan malam kadang jadi pilihan yang tidak bisa dihindari pengendara. Seperti turing pendek, jauh, atau sehabis pulang kerja.  Waktu berkendara malam relatif sedikit berisiko dibanding siang. Selain masalah ngantuk, juga faktor keselamatan yang berasal dari eksternal.

Agus Sigit, peturing dari Karisma Klub membagi sedikit tips ringan bagi pengendara yang memang terpaksa harus riding malam. “Persiapkan kendaraan dengan benar. Selain pastikan lampu depan, lampu belakang, dan sein berfungsi normal dan bersih. Kondisi mesin juga jangan sampai bermasalah. Repot, karena tidak banyak bengkel buka,” bilang Sigit.

Pastikan lampu depan arahnya tepat agar tidak membuat silau atau mengurangi  kemampuan pengendara atau pengguna jalan lain melihat jalan. “Sebaiknya jangan ganti lampu dengan tipe yang memang terbukti bikin silau meski hasilnya lebih terang dari lampu standar,” pesan Sigit lagi. 

Lanjut! Pilih jalan yang cukup ramai. Juga pastikan kalau dalam perjalanan itu, brother selalu berada dalam keramaian. Ini untuk mencegah terjadinya tindak kejahatan. Made Surya ikut memberikan jurus aman. “Usahakan dalam perjalanan malam itu tidak sendiri, terutama pada jalur yang cukup asing atau yang memang belum pernah dilalui,” ujar Made

Aktifkan lampu jauh ketika berada di tikungan agar kendaraan lain dari arah berlawanan bisa mengetahui keberadaan Anda. “Ini  efektif mencegah kecelakaan di tikungan,” tambah Made Surya yang instruktur Safety Riding dari PT Astra Honda Motor (AHM).

Made juga menggarisbawahi penggunaan visor helm yang kurang baik. “Visor sudah buram dan pecah-pecah, bikin silau saat kena pantulan. Pengendara jadi tidak cermat melihat okasi sekeliling. Untuk itu, pastikan kaca helm dalam kondisi bagus dan tidak buram,” wanti Made lagi.

Berkendara tentu dipengaruhi  kondisi tubuh dan kelakuan brother di jalanan. Berkendara malam setelah pulang dari bekerja seharian, atau kelar kopdar malam, tubuh dalam kondisi lelah dan ngantuk. “Hal paling penting adalah menjaga jarak aman agar bisa mengerem dengan baik. Juga jaga kecepatan aman biar dapat mengendalikan kendaraan pada kondisi mendadak. Tentunya juga, tidak ugal-ugalan,”  tegas instruktur berpostur tinggi besar yang dapat pelatihan safety riding langsung dari Honda Jepang ini.

Terakhir, kalau sudah ngantuk berat, maka obatnya cuma satu, istirahat. Segera hentikan perjalanan. Cari lokasi aman untuk sejenak beristirahat dan menyegarkan mata. Tentu di tempat aman, seperti di SPBU.   (motorplus-online.com)
 
Penulis : Hend | Teks Editor : Nurfil | Foto : Adib

Safety Riding

Atur Kaca Spion Sebelum Berkendara


Kaca spion bukan cuma hiasan motor! Bukan juga sekadar pelengkap agar tidak melanggar aturan! Ini komponen pendukung kedua yang perlu diseting agar berkendara jadi aman. Terserah model apapun kaca spion sampeyan, mengatur arah cerminnya lebih utama.

Menyetelnya mudah. Awalnya, posisikan motor dengan standar ganda. Ini mengacu pada posisi tegak saat berkendara di jalan raya. Duduklah dan pegang setang dengan mata terpejam agar badan menemukan posisi yang nyaman di atas motor.

Setelah duduk nyaman, buka mata, lalu mulai atur posisi cermin spion. Atur agar dari cermin bisa melihat sisi samping yang terdekat motor hingga terjauh.

Lakukan hal sama untuk mengatur arah spion kiri. Ingat, usahakan sebanyak mungkin spion menampilkan kondisi di samping dan belakang. Dengan begitu, kita bisa melihat kondisi jalanan lebih jelas. Dan, berken-dara jadi lebih aman.      (motorplus-online.com)
 
Penulis : Aries | Teks Editor : Nurfil | Foto : Adib

Safety Riding

Mahir Berkendara Bukan Jaminan Selamat di Jalan!


 Mahir bukan jaminan selamat

Taat berlalu lintas satu syarat utama untuk mencapai keselamatan dan kenyamanan berkendara. Ketaatan ini tidak hanya berlaku bagi pengendara. Pejalan kaki yang juga bagian utama dari komunitas di jalan raya pun harus memiliki etika dan sikap yang sama.

“Tingginya angka kecelakaan lalu lintas ini terjadi lantaran kekurang hati-hatian masyarakat dalam berkendara. Ketidakpedulian masyarakat pengguna jalan juga makin memperparah kondisi jalan,” papar Ahmad Yani, dari Direktorat Keselamatan Transportsi Darat, Kementerian Perhubungan.

Pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu faktor dan awal dari terjadinya kecelakaan di jalan. Misal, pengendara yang menyalip sembarangan tanpa melihat kiri kanan bahkan tanpa peduli pengguna jalan lain.

“Kita tidak mengetahui kondisi seorang pengendara. Karenanya, dalam berkendara sikap waspada harus diutamakan,” ungkap Toni Purnama, kepala instruktur Safety Riding, Wahana Makmur Sejati (WMS), main-dealer Honda untuk wilayah Jakarta-Tangerang.

Tidak hanya sekali atau dua kali kita mendengar nyawa terrenggut akibat kecelakaan di jalan. Kejadian ini umumnya dari kalangan yang masih pemula bahkan pengendara atau pengemudi yang sudah ahli. Ketidakpedulian pejalan kaki kadang lalai karena merasa tidak ada hukum yang mengatur

Banyak cara yang dapat kita lakukan. “Dimulai dari hal kecil pada diri sendiri, yaitu memupuk kesadaran mematuhi rambu lalu lintas, pakai helm standar SNI, menyalakan lampu utama di siang hari,” tambah A. Yani

Untuk keselamatan jalan para pejalan kaki, A. Yani berharap pemerintah memperluas dan memperbanyak trotoar, zebra cross, serta jembatan penyeberangan.

“Mengingat begitu pentingnya keselamatan di jalan bagi kita maka sudah saatnya kita berlaku atau bertindak sesuai peraturan demi keselamatan. Bukan waktunya lagi berpegang pada gengsi, pujian serta label pengendara mahir jika nyawa yang harus dipertaruhkan,” tandas A. Yani.

Mentaati peraturan lalu lintas bukan berarti penakut atau jadul. Mentaati peraturan sepenuh hati dan bukan karena takut pada polisi karena sebenarnya kita sendirilah yang akan menikmati dari sebuah ketaatan pada peraturan yang ada.      (motorplus-online.com)
 
Penulis : Hend | Teks Editor : Nurfil | Foto : Boyo

Safety Riding

Persiapan Berkendara Khusus Cewek, Butuh Special Safety!

 
Cewek berkendara, sekarang banyak ditemui di jalan.  Nggak hanya jadi boncenger, cewek pun bisa membuktikan diri sebagai biker. Dengan perlengkapan berkendara sesuai standar keamanan. Hal ini bisa diartikan pengendara perempuan makin sadar dan mengerti soal safety riding.

Apa sih persiapan kaum hawa sebelum berkendara, agar bisa 'membaur' di jalan dengan pengendara umumnya. Yuk, bahas satu per satu.
 
Perlengkapan

Banyak berseliweran di jalan pengendara perempuan mendorong industri menyediakan riding gear spesial buat cewek. Seperti pilihan bahan, warna dan ukuran yang pasti beda dengan cowok. "Perlengkapan berkendara cewek tidak beda dengan cowok. Helm, jaket tebal, celana panjang tebal dan kaus tangan," kata Jusri Pulubuhu dari Jakarta Devensife Driving Consulting (JDDC).

Secara umum sama seperti cowok, cuma beda aneka dan ukuran yang dimiliki. Ukuran buat cewek rata-rata S dan M.  Warna tidak hanya hitam atau cokelat, tapi lebih bervariasi lagi. Bahan yang dipakai, biasanya  juga lebih lembut.
Makan Bergizi Seimbang
Sebagai pengendara cewek, dituntut memiliki fisik prima. "Makanan sehat dan berimbang akan membantu metabolisme baik. Untuk aktivitas lebih, minum air putih lebih banyak dari biasanya. Cewek bermotor, biasanya juga lebih banyak mengeluarkan keringat. Air putih membantu mengurangi dehidrasi. Apalagi kalau cuaca panas," terang dr. Hario Tilarso, Sp.KO, FACSM, Sports Physician RS International Bintaro, Tangerang.

Cewek juga cenderung lebih memilih di soal konsumsi makanan dibanding cowok. Ia menyarankan untuk pengendara agar rutin konsumsi buah apel setiap pagi tanpa dikupas. Buah apel mengandung fitokimia yang merupakan antioksidan.
Pelindung Kulit
Kesehatan dan kebersihan kulit pengendara cewek tetap penting. Selain menunjang penampilan, juga meningkatkan kepercayaan diri, dengan kulit bersih dan terawat, kecantikan dari dalam lebih terpancar dari seorang pengendara cewek.

Sebelum berkendara, olesi bagian kulit tangan, kaki dan muka dengan tabir surya. Berfungsi melindungi kulit dari terpaan sinar matahari sehingga tidak kusam. "Paling penting, pelindung tabir surya, mesti rajin oleskan ke bagian kulit. Karena pelindung surya mudah luntur akibat keringat," terang Dewi dari Klinik Kecantikan Dewi di Jl. Galaxi Raya, Bekasi.
 
Perlengkapan Spesial

Maksud perlengkapan spesial, menyangkut perabotan khusus wanita, seperti kosmetik ringan yang selalu mengisi tas wanita. Termasuk juga di dalamnya persiapan kalau ada 'tamu bulanan' datang tiba-tiba.

Jadi pada saat dibutuhkan, tinggal membuka bagasi atau tas yang memang sudah dilengkapi berbagai perabotan lenong cewek. Misalnya kosmetik ringan seperti sisir, setiap memarkir motor dan lepas helm pastinya akan dibutuhkan. Lipstik dan bedak diperlukan untuk sedikit membuat wajah kelihatan tetap segar walau sudah berkendara puluhan kilometer. 
 
Penulis : Tining | Teks Editor : Nurfil | Foto : Boyo

Safety Riding

Berkendara Defensive


Siapapun tidak akan pernah ingin celaka. Sekecil apapun itu dampaknya. Kecelakaan bukan hanya menyisakan penderitaan si pengendara, tapi juga keluarga dan brother lain. Belum lagi biaya dan tenaga yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki kendaraan juga pengendaranya.

Dalam safety riding, ada bagian yang setiap kali berkendara, sang pengendara bersiaplah menghadapi segala kemungkinan terburuk. Termasuk kecelakaan. Dengan konsep ini, Anda akan jadi lebih berhati-hati dan akan berkendara secara defensive.

Selama berkendara, siapkan diri mengantisipasi kondisi membahayakan yang bisa terjadi dalam beberapa detik ke depan. Bisa saja pengendara bereaksi menghindari kejadian yang tidak diinginkan dalam banyak kasus, melakukan respon terhadap suatu situasi sebenarnya gampang namun butuh pengalaman dan training tepat untuk mengindentifikasi ancaman

“Sebelum masuk ke wilayah bahaya, perhatikan hal yang bisa membuat bahaya. Itu prinsip defensive. Dalam konsep ini pengendara diajarkan untuk merespon dengan cepat dan tepat” sebut Jusri Pulubuhu, trainer Keselamatan Berkendara dari Jakarta.

Seperti misalnya ketidakmampuan untuk melihat jelas sebuah obyek atau kondisi jalan yang menyulitkan. “Misalkan belokan atau tanjakan serta pandangan terhalang kendaraan besar,. Pengendara harus mampu berimajinasi ada obyek di balik tikungan sehingga waspada menurunkan kecepatan,” kata Toni Purnama, Koordinator Safety Riding dari PT Wahana Makmur Sejati, main-dealer Honda Jakarta-Tangerang.

Saat mengikuti kendaraan lain, jangan pernah berada terlalu dekat. Faktor ini masuk katagori sering menyebabkan kecelakaan motor. “Jarak antara kendaraan di depan harus memudahkan untuk bisa berhenti dengan pengereman normal dan tidak membuat sliding,” pesan Jusri lagi.

Jarak dan pengereman tentunya juga dipengaruhi kecepatan saat berkendara. Artinya, makin cepat berkendara, akan semakin cepat pula pengendara mendekati ancaman terhadap kecelakaan. Dengan begitu, imajinasi jarak dan kecepatan membantu pengendara untuk bersikap waspada.   (motorplus-online.com)
 
Penulis : Hend | Teks Editor : Nurfil | Foto : Dok.Motor Plus

Safety Riding

Safety Riding Sebagai Lifestyle, Dimulai Dari Sekolah


Kasus kecelakaan lalu lintas bukan lagi merupakan fenomena baru yang dihadapi masyarakat. Banyak analissis menyimpulkan penyebab terjadinya kecelakaan didominasi kendaraan bermotor.

Kecelakaan lalu lintas yang didominasi kendaraan bermotor khususnya roda dua. Sepertinya sudah jadi hal biasa yang hingga kini tidak kunjung selesai bagaimana cara mengatasinya.

Penyebab melatarbelakangi kecelakaan tidak tunggal, seperti tindakan pengendara yang ugal-ugalan, tidak mematuhi rambu lalu lintas, sikap pengendara asyik bertelepon ria atau SMS-an, kelalaian menggunakan helm, dan bahkan kondisi jalan yang tidak baik.

“Semua pihak melakukan analisis bagaimana mencari solusinya supaya kejadian itu berkurang atau bahkan tidak terulang kembali,” harap A. Yani, dari Direktorat Transportasi Darat Kementrian Perhubungan.

Salah satu yang mengemuka yakni sikap hidup. Honda sangat peduli dengan keselamatan berkendara. “Kami concern dengan keselamatan berkendara. Ini jadi fokus utama AHM,” kata Kristanto, Head of Corporate Communication PT Astra Honda Motor (AHM).

Menjadikan aman berkendara sebagai bagian dari gaya hidup atau lifestyle pengendara bukan perkara mudah. Honda telah melakukan beragam kegiatan terkait dengan hal ini. “Sampai saat ini kami terus melakukan usaha untuk terus mensosialisasikan safety riding ke beberapa sekolah di hampir seluruh provinsi,” tegas Kristanto yang sedang menyosialisasikan kurikulum ini di provinsi Lampung.

Materi pendidikan berkendara di sekolah ini ini bertujuan sebagai langkah awal pencegahan untuk meminimalkan tingkat kecelakaan di masa mendatang. Pemberian materi terkait keselamatan berkendara dapat disampaikan ke dalam ekstra kulikuler sekolah seperti Pramuka dan PKS.

Dengan adanya pencerdasan dalam hal keselamatan saat berkendara, maka siswa, pelajar akan bertindak lebih waspada dan tidak ugal–ugalan ketika berkendara. Hal itu akan jadi bagian hidup dan kebiasaan. Kelamaan, tingkat kecelakaan lalu lintas pun akan makin menurun seiring berkembangnya kesadaran pengendara akan pentingnya keselamatan. (motorplus-online.com)

Penulis : Hend | Teks Editor : Nurfil | Foto : Adib

Safety Riding

Waspada, Penahan Angin Bisa Mengundang Bahaya!


 Waspada gejala radang paru-paru

Yogi Prayogi, pegawai Bank Jabar Bandung juga anggota Barudak Vespa Club (BAVES) terkena masalah kesehatan yang cukup unik. Setiap hari ia riding dari rumah ke tempat kerja berjarak sekitar 15 km. ”Saya tidak pernah lupa memakai penahan angin dari kulit,” jelasnya.

Kira-kira setahun berselang, ia mulai merasakan gangguan kesehatan. Dadanya sering sesak dan batuk kering. “Rasa sakit itu makin parah hingga akhirnya konsultasi ke dokter Cecep yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya, di kawasan Ujung Berung,” jelasnya lagi.

Saat share dengan dokter, ia mengaku tidak pernah lupa memakai penahan dada agar angin tidak masuk. Sepanjang pengatahuan Yogi, penahan dada ini baik untuk menghalangi terpaan angin yang menyerang paru-paru. Analisis dr. Cecep tidak disangkanya. ”Katanya, penahan angin itulah penyebab paru-paru basah,” cerita Yogi dengan nada kaget.

Begini analisis dr. Cecep, saat dipakai siang hari, udara panas menyebabkan keringat mengucur deras di wilayah ini.  Nah karena sirkulasi udara tertahan di wilayah ini, keringat tidak menguap ke luar. Yang ada malah terserap kembali ke dada. ”Itulah penyebab utama dada jadi sakit,” cerita Yogi ke MOTOR Plus.

Setelah tahu kalau penyebabnya itu, Yogi tidak berani lagi memakai penahan angin.”Lebih nyaman pakai koran aja,” katanya enteng.

Sampai sekarang ia masih mengeluhkan sakit di dada dan memilih mencari pengobatan alternatif untuk menghilangkan sesak di dadanya. ”Saya coba pengobatan Cina dan hasilnya sudah lumayan,” katanya setengah lega.

Tentu saja penyebab  terserangnya gangguan paru-paru tidak hanya dari satu sebab saja. Winny Windiarti  yang setiap hari diantar suaminya naik motor juga mengeluhkan hal yang hampir sama.

”Hampir setiap hari saya menghabiskan waktu 1 sampai 1,5 jam berada di atas motor setelah beberapa lama, dada saya sakit,” kisahnya.

Ia lantas dirawat 6 hari di RS Fatmawati malah sempat pindah rumah sakit yakni RS Boromeus yang ditangani langsung dr. Widiastuti spesialis paru-paru. Kasusnya lain dengan Yogi. Saat dibonceng ia mengaku tidak pernah memakai masker pelindung polusi. “Pihak RS Fatmawati bilang saya terkena polusi udara. Saat di Boromeus di uap untuk mengencerkan lender yang mengendap di paru-paru,” terangnya.

Dr. Andrian Tio memberi keterangan tambahan. Gejala broncho pneumonia (radang paru) dan sesak nafas (pleural effusion) dipengaruhi 3 faktor besar. Yakni, kelembaban udara, daya tahan tubuh dan  polusi. Jika dibiarkan bisa menjadi akut yakni kelainan paru-paru, bronchitis dengan gejala, badan panas tinggi, tak punya nafsu makan dan keluarnya riak atau lendir di mulut dan hidung.

Secara lebih detail Dr. Muherman H, spesialis paru-paru R.S St. Carolus menerangkan. ”Di paru-paru ada selaput luar dan dalam. Di antaranya dipisahkan rongga yang rentan terkena kuman menular. Rongga itu bisa lengket atau terisi cairan. Namanya pleuritis, pengumpalan cairan di selaput paru-paru oleh kuman tuberculosis,” jelasnya.

Dari keterangan ahli medis ini, biker tentunya wajib waspada. Kasus yang menimpa Yogi misalnya, bisa saja tidak berdiri sendiri. Selain penahan angin yang membuat sirkulasi tak baik, masuknya udara dari hidung bisa jug menjadi penyebab lainnnya.  (motorplus-online.com)

Penulis : Isf@n | Teks Editor : Nurfil | Foto : Rumi